Fitrah Kebaikan
Pada satu kesempatan Mona didalam forum halaqoh anak-anak Amalia bertanya, 'Kak, kenapa didunia ada orang jahat?' saya katakan pada bahwa sesungguhnya tidak ada orang yang jahat dimuka bumi ini, yang ada hanya orang yang tidak mengerti bagaimana cara berbuat baik.
fitrah manusia itu cenderung kepada kebaikan. Jika ada orang yang melakukan keburukan, sebenarnya ia harus berusaha payah melawan fitrah dirinya, melawan bashirah-nya.
Dalam bahasa Arab, fithrah mempunyai arti belahan, muncul. Menjadi dan menciptakan. Jika fitrah dihubungkan dengan manusia maka yang dimaksud dengan fitrah ialah apa yang menjadi kejadian atau bawaannya sejak lahir atau keadaan semula jadi. Dalam al-Quran kata fitrah dengan berbagai kata bentukannya disebut 28 kali, 14 kali disebut dalam konteks uraian tentang bumi atau langit, sisanya disebut dalam konteks pembicaraan tentang manusia, baik yang berhubungan dengan fitrah penciptaan maupun fitrah keagamaan yang demikiannya.
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (yang benar), fitrah Allah yang telah menciptakan manusia atas fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Q., s. al-Rum / 30:30).
Ayat di atas memperhatikan bahwa manusia diciptakan dengan membawa fitrah (potensi) keagamaan yang hanif, yang benar, dan tidak bisa menghindar meskipun boleh jadi ia mengabaikan atau tidak mengakuinya. ada yang berpandangan bahwa manusia berfitrah negatif dengan menyandang dosa warisan Adam, al-Quran memandang manusia mempunyai potensi positif lebih benar dibanding potensi negatifnya. Surat al-Baqarah / 2:266, seperti yang telah dibahas pada bab II mengisyaratkan bahwa manusia lebih mudah untuk berbuat baik dari pada berbuat jahat. Nafs manusia memperoleh ganjaran dari apa yang diusahakanya dan memperoleh siksa dari apa yang diusahakannya. Dalam bahasa Arab kata kasabat digunakan untuk menggambarkan pekerjaan yang dilakukan dengan mudah, sedangkan kata iktasabat menunjuk pada hal-hal yang lebih sulit dan berat.
Jadi ayat ini mengiyaratkan bahwa fitrah manusia itu cenderung kepada kebaikan. Jika ada orang yang melakukan keburukan, sebenarnya ia harus berusaha payah melawan fitrah dirinya, melawan bashirah-nya. Meskipun demikian, karena daya tarik keburukan lebih kuat dibanding daya panggil kebaikan, maka dorongan kepada keburukan lebih cepat merespons stimulus negatif yang dijumpainya.
fitrah manusia itu cenderung kepada kebaikan. Jika ada orang yang melakukan keburukan, sebenarnya ia harus berusaha payah melawan fitrah dirinya, melawan bashirah-nya.
Dalam bahasa Arab, fithrah mempunyai arti belahan, muncul. Menjadi dan menciptakan. Jika fitrah dihubungkan dengan manusia maka yang dimaksud dengan fitrah ialah apa yang menjadi kejadian atau bawaannya sejak lahir atau keadaan semula jadi. Dalam al-Quran kata fitrah dengan berbagai kata bentukannya disebut 28 kali, 14 kali disebut dalam konteks uraian tentang bumi atau langit, sisanya disebut dalam konteks pembicaraan tentang manusia, baik yang berhubungan dengan fitrah penciptaan maupun fitrah keagamaan yang demikiannya.
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (yang benar), fitrah Allah yang telah menciptakan manusia atas fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Q., s. al-Rum / 30:30).
Ayat di atas memperhatikan bahwa manusia diciptakan dengan membawa fitrah (potensi) keagamaan yang hanif, yang benar, dan tidak bisa menghindar meskipun boleh jadi ia mengabaikan atau tidak mengakuinya. ada yang berpandangan bahwa manusia berfitrah negatif dengan menyandang dosa warisan Adam, al-Quran memandang manusia mempunyai potensi positif lebih benar dibanding potensi negatifnya. Surat al-Baqarah / 2:266, seperti yang telah dibahas pada bab II mengisyaratkan bahwa manusia lebih mudah untuk berbuat baik dari pada berbuat jahat. Nafs manusia memperoleh ganjaran dari apa yang diusahakanya dan memperoleh siksa dari apa yang diusahakannya. Dalam bahasa Arab kata kasabat digunakan untuk menggambarkan pekerjaan yang dilakukan dengan mudah, sedangkan kata iktasabat menunjuk pada hal-hal yang lebih sulit dan berat.
Jadi ayat ini mengiyaratkan bahwa fitrah manusia itu cenderung kepada kebaikan. Jika ada orang yang melakukan keburukan, sebenarnya ia harus berusaha payah melawan fitrah dirinya, melawan bashirah-nya. Meskipun demikian, karena daya tarik keburukan lebih kuat dibanding daya panggil kebaikan, maka dorongan kepada keburukan lebih cepat merespons stimulus negatif yang dijumpainya.
0 Response to "Fitrah Kebaikan"
Post a Comment