Penerimaan Pada Sang Buah Hati

Malam itu ketika saya menerangkan kepada anak-anak Amalia bagaimana tata cara pemilihan Kepala Desa Amalia, terdengar suara memanggil Hana, 'Hana susunya diminum dulu.' kata istri saya. Hana menjawab dengan jari telunjuk dibibir mungilnya agar mamahnya ikut mendengarkan saya. Mamahnya tertawa geli melihat sikap Hana seperti itu.

Setiap peristiwa rasanya ada sebuah kelegaan buat saya dan istri ketika mengizinkan buah hati kami untuk menjadi dirinya sendiri, memahami putri tercinta kami sebagaimana adanya. Anak-anak memiliki dunianya yang didalamnya ada aturan sendiri. Adakalanya kita ambisi untuk menjadikan anak-anak kita yang terhebat diantara anak-anak seusianya dan kita tahu kehidupan memiliki skenario yang berbeda dari harapan kita. Idealisme tentang kesempurnaan buah hati kita sepatutnya dibuang jauh-jauh sebab hal itu hanya akan membatasi proses pertumbuhan dirinya.

Sikap penerimaan dengan setulus hati apa adanya anak-anak kita akan membuat kita lebih rendah hati. Kerendahan hati membuahkan sikap keikhlasan bahwa sang buah hati kita bukanlah milik kita. Kesadaran kita anak bukan milik kita inilah akan menggugah diri kita untuk mempercayai keberadaan Allah SWT sebagai pembimbingnya, kesadaran itu berarti mempercayakan anak-anak kita dalam bimbingan yang terbaik.

Mari kita sama-sama berdoa untuk buah hati kita dan keluarga 'Robbana hablana min azwajina wa dzuriyatina qurrota a'yuni waj'alna lil muttaaqina imama.'

'Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.'(QS al-Furqaan 25:74).

0 Response to "Penerimaan Pada Sang Buah Hati"

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel