Pendidikan Sebagai Usaha penyucian Nafs

Al-Quran mengisyaratkan bahwa jiwa yang tercemar masih dapat diusahakan untuk menjadi suci kembali, baik dengan usaha sendiri, melalui pendidikan atau karena anugerah dan rahmat Allah seperti yang diisyaratkan oleh surat Q,. s. al-Tawbah / 9:103, Q., s. Ali Imran / 3:164.

Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata (Q., s. Alu ‘Imran / 3:164).

Ayat al-Quran tersebut mengisyaratkan bahwa orang yang ingkar masih dimungkinkan untuk dibersihkan jiwanya. Usaha atau proses penyucian jiwa itu disebut tazkiyah al-Nafs.

Tazkiyah bisa dilakukan karena dorongan sendiri, atau di dorong oleh orang lain, melalui pendidikan. Menurut al-Quran surat Fathir / 35:18 manusia dapat secara sadar melakukan perbuatan yang dimaksud untuk mensucikan jiwanya. Perbuatan yang dapat menyucikan jiwa seseorang menurut al-Quran adalah:

a) Pengeluaran infak harta benda, surat Q., s. al-Layl / 92:18

b) Takut terhadap azab Allah dan menjalankan ibadah salat, surat Q., s. Fathir / 35:18.

c) Menjaga kesucian kehidupan seksual, surat Q., s. al-Nur / 24:30

d) Menjaga etika pergaulan, surat al-Nur / 24:28

Al-Quran juga mengisyaratkan bahwa proses tazkiyah itu bisa melalui orang lain. Ada empat ayat yang menyebutkan bahwa apa yang dilakukan oleh para Rasul kepada umatnya dengan mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah merupakan pekerjaan yang membuat umatnya tersucikan jiwanya, yakni surat al-Baqarah / 2:129, 151, Q., s. Alu ‘ Imran. 3: 164, dan Q., s. al-jumu’ah / 62:2.

Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan menalarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan nabi) itu mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata (Q., s. Alu ‘Imran / 3:164).

Tentang makna tazkiyah al-nafs, para mufassir mempunyai pandangan yang berbeda-beda:

1. Tazkiyah dalam arti para Rasul mengajarkan kepada manusia sesuatu yang jika dipatuhi, menyebabkan jiwa mereka tersucikan dengannya.

2. Tazkiyah dalam arti mensucikan manusia dari syirik, karena syirik itu soleh al-Quran dipandang sebagai sesuatu yang berifat najis.

3. Tazkiyah dalam arti mensucikan manusia dari syirik dan sifat rendah lainnya.

4. Tazkiyah dalam arti mensucikan jiwa dari dosa.

5. Tazkiyah dalam hati mengangkat manusia dari martabat orang ingkar ke martabat mukhlisin.

Disamping tazkiyah sebagai usaha, al-Quran juga mengisyaratkan adanya anugerah Allah kepada manusia berupa tazkiyah. Dalam surat al-Nur / 24:21 disebutkan bahwa seandainya bukan karena anugerah Allah maka seseorang selamanya tidak bisa menyucikan jiwanya, dan Allah memberikan anugerah itu kapada orang yang dikehendaki. Dalam surat al-Nisa /4:49, ketika al-Quran mencela tingkah laku manusia yang merasa dirinya telah suci, juga ditegaskan bahwa Allahlah yang membersihkan jiwa dari orang-orang yang dikehendaki-Nya.

Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih. Sebenarnya allah memberihkan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak dianiaya sedikitpun (Q., s. al-Nisa / 4:49).

0 Response to "Pendidikan Sebagai Usaha penyucian Nafs"

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel