Putri, kenapa tak lagi sekolah?

Ada seorang teman bertutur melalui email, yang bercerita Putri salah satu murid TK disekolah kami, putri bukanlah dari keluarga yang berada. Ayahnya seorang pedagang bakmi keliling, ibunya seorang penjual gado-gado. Kerasnya kehidupan membuat mereka harus bekerja keras dengan berbagai problem kehidupan metropolitan. Putri bukanlah anak yang manja. Putri anak yang periang dan tidak merepotkan orang tuanya. Teman-temannya banyak yang suka kepada putri karena baik, rajin dan pandai disekolah.

Ibunya mendaftarkan putri masuk sekolah TK, usianya 5 tahun. Saat itu kami belum tahu bagaimana kondisi perekonomian keluarga putri. kami setarakan putri sama seperti teman-temannya yang lain mengenakan biaya masuk dan SPP. Selama 3 bulan putri sekolah dengan riang dan gembira. Membawa tas dengan roda travel bag yang saat ini populer pada anak-anak seusia putri. Kegembiraan selama disekolah juga bisa dirasakan oleh kami dan para guru. dibidang akademis putri pintar dan cerdas. Putri dengan cepat bisa membaca, menulis dan berhitung. Bacaan qiro'atinya sangat bagus dan lancar. Putri menikmati hari-hari indahnya selama sekolah.

Memasuki bulan keempat, tiba-tiba putri tidak masuk sekolah selama seminggu. Kami para guru dan kepala sekolah terheran, Putri, kenapa tak lagi sekolah? Lalu saya menyuruh kepala sekolah untuk menengok putri, tutur teman saya itu dalam email.

Dua hari kemudian saya mendapatkan kabar putri tidak boleh sekolah karena dilarang oleh ayahnya. Awalnya saya bingung kenapa putri dilarang sekolah. Belakangan saya tahu ternyata putri dilarang sekolah karena ayahnya malu sudah dua bulan tidak membayar SPP. AKhirnya kami membebaskan SPP buat putri.

Keesokan harinya Putri sekolah namun setelah itu tidak masuk lagi selama seminggu. Menurut kabar yang saya terima ayah tidak memperkenankan putri sekolah meskipun telah membebaskannya dari biaya SPP, kamipun tidak bisa berbuat apa-apa.

Seminggu kemudian kami mendengar kabar kabar dukacita bahwa Putri telah berpulang ke Rahmatullah setelah sakit. Dan sakitnya itu disebabkan karena Putri bersikeras ingin sekolah tetapi ayahnya melarang. Putri akhirnya jatuh sakit, tubuh suhunya mengalami panas dan nyawanya tidak bisa diselamatkan.

Astaghfirullahal a'dziin, Ya Alloh Ya Robb, ampunilah kami yang lalai ini, lalai menjaga amanahMu. tutur teman itu dalam email dengan penuh penyesalan. diakhir saya membaca email ini tak kuasa menahan airmata saya yang terus mengalir, membayangkan wajah Putri yang hampir sebaya dengan Hana, putri saya. Tak lupa saya membacakan surah alfatehah semoga Putri bahagia disisi Alloh SWT.

0 Response to "Putri, kenapa tak lagi sekolah?"

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel