Keajaiban di Ambang Kematian

Jumat malam ketika anak-anak Amalia sedang mengaji saya bertemu dengan seorang teman lama setelah beberapa waktu yang lalu baru sembuh dari sakit setelah mengalami koma dua kali. Mas Rahman begitu saya biasa memanggilnya, saya mengenal akrabnya karena sama-sama suka diskusi agama dan cinta terhadap dunia pendidikan.

Sebulan yang lalu saya mendapatkan sms dari istri tercinta bahwa Mas rahman sakit dan dirawat, mohon doa dari anak-anak Amalia begitu bunyi smsnya. Malam jumat saya dan anak-anak Amalia memanjatkan doa bersama dan membaca surat yasin memohon kesembuhan untuk Mas Rahman. Ketika saya mendengar sudah siuman, saya lega rasanya namun pada malam berikutnya saya mendapatkan sms lagi yang mengabarkan Mas Rahman tak sadarkan diri lagi. Kamipun mendoakan untuk yang kedua kalinya.

Malam itu Mas Rahman bertutur, berbagai bayangan seperti saya melihat kejadian nyata disaat saya koma. Ketika koma yang pertama saya seakan sedang pulang ke rumah orang tua. Saya melihat rumah besar yang bagus dan indah. Tiangnya begitu kokoh terbuat dari emas dan memiliki kebun bunga yang beraneka warna. Tiba-tiba muncul ibu saya (sudah meninggal beberapa tahun yang lalu). Saya bertanya pada ibu, 'Rumah siapa ibu?'

'Itu rumah kita nak..'

Saya terheran, 'bukankah rumah kita dari bambu ibu? Sejak kapan rumah ini dibangun?'

'Itu rumah yang dibangun oleh ayah dan ibu, apakah dirimu tidak tahu nak? setiap hari kami mengajar anak-anak mengaji, setiap hari kami menuntun mereka untuk sholat, setiap hari kami mengajari anak-anak itu dengan cinta dan kasih sayang.' Jawab Ibu.

Disaat itu saya mendengar suara anak-anak yang sedange membaca surat yasin dan saya sadar. Istighfar saya ucapkan berulang-ulang dan dada menjadi terasa lega. Beberapa jam kemudian saya koma lagi untuk yang kedua kalinya, pada koma yang kedua ini saya sedang bersama teman2 Mapala diatas gunung, udaranya segar, pemandangannya sangat indah, terdengar suara teman2 memanggil saya. 'Rahman kemarilah. Disini gunungnya terlihat indah lho.' 'Iya, nanti saja saya mau sholat dulu..'jawab saya. Sayup-sayup saya mendengar anak-anak yang sedang mengaji. Saya istighfar berkali-kali. Napas terasa menyengal. katanya yang nampak air mata berlinang dipipinya.

'apa sebenarnya yang mas Agus doakan untuk saya saat itu sehingga saya bisa sembuh?'tanya Mas Rahman.

Saya katakan padanya bahwa hanya Alloh SWT yang menyembuhkan, membuat sakit atau meninggal seseorang.' Jawab saya.

Disaat itu dalam doa saya memohon kepada Alloh SWT 'Ya Alloh hidupkanlah Dia jika sekiranya kehidupan akan membawa kebaikan kepadanya dan matikanlah dia jika sekiarnya hidupnya mendatangkan keburukan baginya.' lanjut saya.

Mas Rahman tak henti mengusap air mata yang terus mengalir, tak henti mengucapkan subhanallah, Maha Suci Alloh. 'Terima kasih Mas Agus ata doanya, saya orang sangat rasional, banyak keterbatasannya. saya percaya doa memiliki keajaiban dan saya menyaksikan sendiri keajaiban itu Mas.' katanya. Malam itu anak-anak Amalia terdengar membaca surat 'al-Ashr. Pertanda sudah mau pulang. Kebahagiaan itu menyelimuti kami dengan senantiasa bersyukur atas semua karunia Ilahi.

Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakkal. (QS. 9:51)

2 Responses to "Keajaiban di Ambang Kematian"

Ryo Go Blog said...

Ass.
Nice story mas Agus... Saya tersentuh membacanya. Terima kasih atas tulisan-tulisannya selama ini. Semoga menjadi berkah untuk semua. Keep moving forward untuk Amalia... Insya Allah kapan-kapan saya sekeluarga main-main ke Amalia.
Wass.

agussyafii said...

Wa'alaikum salam Mas Ryo,

alhamdulillah dengan senang hati, kami tunggu kehadiran mas ryo sekeluarga di rumah Amalia..

Wassalam,
agussyafii

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel